Sabtu, 07 Juli 2007

Kolam Lobster Irit Lahan

Oleh trubus Selasa, 11 April 2006 11:15:09

Fisik kolam-kolam itu terlihat kokoh. Semua tidak lepas dari rancangan awal yang dibuat 2 tahun lalu. Agar dapat disusun bertingkat, plester kolam memakai rangka beton. Rangka itu disusun melintang dan tegak secara bergantian sehingga saat dicor setebal 10 cm bisa menahan beban berat. Kolam paling bawah berukuran 4 m x 2 m sebanyak 3 buah. Dua kolam lain dibangun berjenjang. Di tengah 2 kolam berukuran 3 m x 2 m. Bagian teratas kolam berukuran 2 m x 2 m.

Menurut Juanda perlu waktu sekitar 3 bulan untuk mengerjakan kolam itu. Lamanya waktu itu lebih karena rumitnya meletakkan posisi kolam pada setiap tingkat. Pada setiap tingkat hanya setengah dari panjang kolam yang tampak dari luar. Sisanya tertutup oleh kolam lain di atasnya. ?Pada kolam harus ada celah sekitar 1 m agar bisa memberi pakan dan mengecek kondisi lobster,? ujar pengusaha di Bekasi itu.

Ruang filter
Kolam-kolam setinggi 1 m itu saling berhubungan melalui pipa PVC berdiameter 3 cm di setiap sisi. Tujuannya agar filterisasi air berjalan maksimal. Setiap 3 kolam terhubung dengan sebuah sistem filter. Cara itu ditempuh setelah percobaan pertama Juanda pada akhir 2004 gagal. Sistem filter tunggal tidak mampu secara tuntas mengeliminasi kehadiran zat-zat beracun. ?Banyak lobster mabuk amonia yang tidak tersaring,? ujar kuliner itu.

Sistem filter yang dipakai cukup unik. Mirip untuk pemeliharaan koi di kolam. Filter tersusun dari 4 ruang berukuran 60 cm x 30 cm x 30 cm secara pararel dengan sekat kaca. Ruang pertama berisi zeolit sebanyak 5 kg. Dua ruang berikutnya berisi campuran bioball dan zeolit, serta busa dan zeolit. Semua akan bermuara di ruang terakhir yang terdapat pompa. Lewat alat berdaya 2 l/detik itu air bersih kemudian diangkut ke kolam teratas.

Menurut praktisi lobster, Risfan Rismawan dari Harapan Fish Center di Bekasi, langkah yang dipakai Juanda memang cukup efi sien menghemat lahan. ?Yang penting melihat kapasitas fi lter. Idealnya untuk setiap 12 m 3 air perlu filter berkapasitas 1 m3,? ujar ayah 1 putri itu. Yang lain padat penebaran harus agak jarang. Patokannya 8 -10 ekor/m2. Jumlah itu bisa saja ditingkatkan 2 kali lipat dengan memakai rooster atau rumah lobster. Namun, kapasitas filter juga perlu dinaikkan hingga 2 kali lipat.

Meski difilter, bukan berarti penyiponan tidak dilakukan. ?Walau posisi pipa penyaring dibuat agar bisa mengisap kotoran, tapi kadang masih ada kotoran tertinggal,? ujar Juanda. Penyiponan umumnya dilakukan untuk pakan alami yang bila membusuk akan mengapung di atas permukaan air, seperti keong mas dan sisa-sisa sayuran.

Lahan sempit
Ide Juanda memakai kolam bertingkat muncul karena keterbatasan lahan budidaya. ?Selama ini pembesaran memerlukan lahan luas. Lahan seperti itu tak mungkin didapat di Jakarta, kecuali daerah pinggiran,? ujar kelahiran Jakarta itu. Sebab itu pula selama setahun lebih ia bereksperimen membangun kolam pembesaran untuk rumahan. ?Kalau dihitung ongkosnya cukup mahal. Untuk 12 kolam saja bisa sampai Rp80-juta,? tambah Juanda.

Menurut FX Santoso, peternak di Surabaya, pembesaran cara bertingkat bisa saja dilakukan dengan menggunakan bak fiber. ?Konstruksinya dapat memakai kayu, tapi maksimal 2 tingkat,? ujarnya. Posisi bak pun umumnya hanya bisa tegak lurus sehingga antarbak benar-benar terpisah. Model seperti ini memberi peluang masuknya sinar matahari ke dalam bak. ?Sebetulnya desain kolam atau bak apa pun bisa dipakai asal sirkulasi dan kualitas air tetap terjaga,? ujar Santoso.

Dari lacakan Trubus melalui dunia maya, pemakaian kolam bertingkat untuk pembesaran di luar negeri belum pernah dilakukan. Queensland Crayfish Farmers Association (QCFA) di Australia yang khusus menangkarkan Cherax quadricarinatus, memilih pembesaran memakai kolam terbuka. Maklum di sana lahan luas masih banyak tersedia. (Dian Adijaya S)

http://www.trubus-online.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=4&artid=216

Tidak ada komentar: