Rabu, 15 Agustus 2007

Ekoponik Lobster Dipanen, Selada Dipetik

Oleh admin Senin, 20 Februari 2006 12:45:29

Teknik itulah yang diterapkan David Attawater, hobiis lobster asal Australia. Setiap 4-5 bulan, ia memamen lobster dan selada dari halaman belakang rumah. Padahal di sana tak terlihat kolam pembesaran atau akuarium berukuran besar layaknya peternak lobster. Yang tampak hanya barisan selada di atas talang hidroponik dan beberapa kolam fiber tertutup styrofoam. Namun, saat penutup putih itu diangkat tampak ratusan crayfish-nama lain lobster air tawar-berukuran 10-12 cm berkecipak.

Ini lobster ekoponik, ujarnya. Dengan menggunakan jaring, ia mengangkat 5-6 lobster berbobot sekitar 80-90 g itu ke dalam ember. Ia lalu melangkah ke kolam lain yang jaraknya hanya 2-3 langkah. Di sana 12 ikan silver perch berbobot 250 g/ekor dipanen. David mengambil 2 ekor Bidyanus bidyanus kesukaannya lalu memetik beberapa helai selada dari talang hidroponik. Hari itu sup lobster lengkap dengan sayuran hasil dari kebun ekoponik menjadi menu spesial.

Lobster ekoponik

Terobosan terbaru di dunia lobster yang diterapkan pakar di bidang hidroponik itu kini mulai dilirik di Indonesia. David menyebutnya sistem ekoponik karena memadukan akuaponik dan hidroponik. Prinsip teknik ini, air berputar dari satu kolam ke kolam lain tanpa ada yang terbuang. Meski di lahan sempit dan sumber air terbatas, David bisa membesarkan lobster, selada, dan tanaman hias sekaligus.

Ekoponik yang dibuat David terdiri dari kolam ikan berukuran 3,4 m x 1 m x 1 m berisi ikan air tawar. Lalu 3 talang NFT sepanjang masing-masing 3 m ditanami selada hijau, 2 tumpukan styrofoam sebagai biofi lter, kolam permanen yang dilengkapi tanaman air sebagai fi lter alami, tangki pembersih racun, dan kolam lobster berukuran 1,5 m x 0,5 m x 0,5 m. Setiap bagian dihubungkan dengan pipa PVC berdiameter 3,5 cm sepanjang 2-3 meter. Di ujung pipa diberi lubang sebanyak 15-20 buah sebagai tempat keluar air sekaligus aerator. Air didorong menggunakan 2 pompa otomatis yang beroperasi setiap 15 menit. Dengan cara itu kebutuhan oksigen terlarut tetap terjamin.

Nitrat dan amonium

Cara kerjanya? Sebanyak 500-600 liter air dalam kolam ikan menjadi sumber air utama bagi sistem ekoponik. Dari sana air dialirkan ke kolam lobster dan talang hidroponik. Nah, supaya air terbebas dari nitrat, amonium, dan polutan lain yang beracun, sebelumnya dimasukkan ke dalam kolam berisi paku-pakuan seperti Boston ferns, maiden hair ferns, dan selada. Tanaman-tanaman itu bertugas sebagai penyerap kelebihan nitrat yang berbahaya bagi lobster. Nitrat dan amonium justru dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman air.

Lantaran sistem ekoponik dirancang untuk menyuplai nutrisi secara kontinu, nitrat dan amonia yang terkandung dalam kotoran ikan dan lobster harus difi lter. Dari kolam lobster, nitrat, amonia, dan zat padat terlarut dialirkan melalui pipa PVC berdiameter 3,5 cm sepanjang 1-2 m menuju tangki pembersihan. Di dalam tangki berkapasitas 65 liter itu racun-racun ditangkap menggunakan katup dan kain yang dilekatkan pada ujung pipa.

Agar lebih steril, alumnus Grafton National Fishing Industry Education Centre, Austalia, itu menyaring kembali air di kolam penyaringan. Kolam berukuran 0,5 m x 0,2 m x 0,3 m dilengkapi tanaman air Bacopa monniera yang berfungsi sebagai penahan kerikil dan kotoran padat lain. Sebanyak 10-15 tanaman air itu diletakkan di dalam lubang di dasar kolam.

Dengan sistem gravitasi, air kemudian mengalir secara otomatis ke biofi lter yang posisinya lebih rendah. Biofi lter sederhana itu berupa 10 tumpukan boks styrofoam yang dasarnya diberi 4-5 lubang kecil dan dialasi jaring halus. Setiap tumpukan berisi ratusan bola-bola kecil yang bertugas menangkap sisa nitrit (NO2) dan nitrat (NO3). Nah, air itulah yang dipompa kembali menuju kolam lobster dan NFT, kata David.

Pemberian nutrisi

Ir Cuncun Setiawan, peternak lobster kawakan di Jakarta, berpendapat beternak lobster dengan sistem ekoponik dapat diterapkan asal pasokan air bebas racun. Bila kondisi air bagus lobster pasti tumbuh sehat, kata Cuncun. Menurutnya sistem ekoponik pada lobster cocok untuk skala hobiis karena efi sien di lahan sempit. Namun, sulit diterapkan untuk pembesaran karena hewan bercangkang itu memerlukan lahan luas untuk tumbuh besar.

Tak hanya air bersih dan oksigen terlarut yang diperlukan. Pakan berupa pelet juga diberikan 2-3% dari bobot tubuh atau sekitar 200-300 g/hari. Selain itu lobster diberi tambahan pakan berupa kulit wortel, vitamin, dan mineral. Menurut Yos Sutiyoso, pakar hidroponik di Jakarta, selada hidroponik dan tanaman hias air dapat tumbuh sehat lantaran mendapatkan suplai nutrisi berupa N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu, Zn, B, dan Mo dari kotoran ikan dan lobster yang terurai. Kotoran ikan dan lobster mengandung zat yang diperlukan selada. Hanya perlu dicermati jumlah nutrisi yang dipasok ikan dan lobster, kata Yos. Menurutnya pasokan pakan dan nutrisi berbanding lurus dengan kotoran yang dihasilkan.

Parameter air

Pertumbuhan lobster, ikan air tawar, hingga tanaman air tergantung kondisi air. Oleh karena itu, David rutin mengecek kandungan oksigen terlarut, pH, dan suhu. Dengan sistem air berputar terus-menerus, oksigen terlarut dicapai di atas 5 ppm. Semakin tinggi kadar oksigen terlarut maka proses respirasi dan metabolisme semakin bagus. Suhu air dipertahankan 23-26oC.

Kadar keasaman air dijaga 7. Maklum, bila pH naik maka kadar amonia juga meningkat sehingga membahayakan ikan dan lobster. Bila pH terlalu rendah, kalsium karbonat (CaCO3) diberikan hingga pH netral. Pemberian kalsium karbonat terlalu banyak mengakibatkan persentase amonia dalam air juga naik. Pokoknya kalau pH sudah netral jangan ditambahkan lagi, sarannya.

Dengan perawatan relatif mudah seperti membersihkan pompa dan biofi lter, serta mengukur parameter air seminggu sekali, lobster, ikan air tawar, selada pun tumbuh sehat bersama-sama.(Rahmansyah Dermawan)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

ijin share